Kamis, 13 April 2017

Keiskhlasan Seorang Ayah

Keiskhlasan Seorang Ayah - Ayah memang bukanlah lelaki biasa. Sama halnya dengan Ibu. Dia adalah lelaki luar biasa dalam mengorbankan banyak hal untuik kehidupan anak-anaknya. Lelaki itu akan lebih memilih kebahagiaan anaknya dibandingkan kebahagiaannya sendiri. Ayah akan lebih memilih untuk membanting tulang, mencarikan seusap nasi untuk anak-anaknya. Dia akan lebih memilih menyuruh anaknya makan dengan nasi yang tinggal sedikit, dibandingkan di makan olehnya. Tujuannya hanya satu, asalkan perut anaknya kenyang.
Tahun 1988, dilakukan deregulasi perbankan oleh pemerintah RI, dampaknya adalah begitu banyak bank swasta yang menjamur di negara kita tercinta ini. Uniknya, sebagian besar bank tersebut didirikan oleh sekelompok-sekelompok usaha yang tujuan akhirnya adalah menjadikan bank mereka sebagai penyerap dana masyarakat yang kemudian disalurkan ke dalam proyek-proyek mereka yabg dianggap berpeluang bagus secara ekonomi.
Adalah Bank Summa yang didirikan oleh Edwatd Soeyadjjaya yang menjadi salah satu korban dari situasi ekonomi saat ini. Kata berbagai sumber saat itu, Edward Soeryadjaya anak konglomerat nomor dua di Indonesia saat itu (William Soeyadjaya), berniat melampaui pencampaian sang ayah yang fenomenal dalam dunia bisnis di Indonesia.
Edward memulainya dengan mendirikan sebuah usaha di bidang perbankan berupa Summa Internasional  Bank Ltd pada tahun 1979 di Port Via, Vanuatu dengan modal $25 juta. Tiga tahun kemudian ia mendirikan Summa Internasional Finance Co. Ltd. Perusahan baru inilah yang membeli beberapa perusahaan  "bagus" di Indonesia. Salah satunya adalah Bank Asia yang berganti nama menjadi Bank Summa setelah diakuisisi.
Selanjutnya Edward Soeryadjaya menjadi semakin gencar berinvestasi disana-sini. Namun, dampaknya ternyata jumlah pengucuran kredit yang dilakukan oleh Bank Summa melebihi ambang batas kesehatan sebuah perusahaan perbankan. Total aset yang 1,5 trilyun rupiah (bervariasi ada pula sumber uang yang menyebutkan harga berbeda) lebih dari 70% adalah kredit macet yang terlanjur dikucurkan. Pada tahun 1990 Bank Summa dinyatakan bermasalah.
Pada tahun 1992 William Soeryadjaya mengambil alih 100 % saham bank Summa untuk menyelamatkan perusahaan milik anak sulungnya tersebut. Tapi tetap saja Bank Summa tidak berkutik. Sampai akhirnya seluruh saham William Soeryadjaya di Perusahannya PT.Astra Internasional tbk, habis dalam rangka penyelamatan tersebut. Saat diwawancarai wartawan, William Soeryadjaya tampak gembira. Wajahnya terlihat jauh lebih muda dari umur yang sebenarnya. "Kalau harta bisa dicari, tapi anak harus tetap dijaga. Kita kerja capek-capek buat siapa kalau bukan buat anak?" ujarnya.

8 komentar:

  1. keikhlasan seorang Ibu Ayah tidak dapat dinilai dengan materi, seorang ayah memiliki tanggung jawab begitu besar bagi keluarganya, dia rela pergi pagi pulang sore dengan membawa sebongkah berlian hanya untuk menghidupi keluargaya.....iya kan ?

    BalasHapus
  2. sungguh besar pengorbanan seorang ayah ya mas

    William Soeryadjaya patut menjadi teladan bagi seorang ayah yg rela mengorbankan apa saja demi anak tercinta

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali mas Yanto, semoga kita bisa seperti beliau

      Hapus
  3. Cerita yang sungguh luar biasa,, semuanya dilakukan demi anak, tak apa kehilangan harta,,, yang perlu diingat adalah anaknya harus tahu diri...

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sekali anak harus tahu diri, semoga saja

      Hapus
  4. memang semuanya tak bisa diukur dengan uang dan kekayaan, kecintaan kepada keluarga adalah hal utama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sekali mas achmad, keluarga adalah segalanya

      Hapus